Direktur Bidang Media dan Komunikasi Tim Prabowo-Sandiaga, Anthony Leong, mengatakan untuk menjawab sebutan itu tim media sosial menampilkan pidato Prabowo yang penuh canda di dunia maya.
"Bisa googling , bagaimana guyonan Prabowo bisa memukau pendukungnya," kata Anthony kepada BBC News Indonesia, Selasa (26/03).
Anthony tak menampik publik masih mengidentifikasi Prabowo sebagai sosok otoriter, sehingga tim media sosial atau buzzer berupaya menampilkan New Prabowo yang lembut dan humanis.
"Kita memberi edukasi ke publik untuk lebih tahu rekam jejak calon pemimpin," lanjutnya.
Langkah yang sama juga dilakukan ketika beredar informasi penolakan publik di sejumlah daerah terhadap calon Wakil Presiden Sandiaga Uno.
Agen Casino 338
Anthony dan timnya menampilkan gambaran atau video di jejaring sosial yang memperlihatkan Sandy menebar senyum dan menyalami mereka yang menolak.
Anthony mengklaim strategi tim medsos Badan Pemenangan Nasional Prabowo Sandi lebih banyak mengusung isu eknonomi dan tidak menggunakan isu SARA.
Tentang siapa yang dilibatkan dalam tim buzzer kubunya, Anthony menyatakan kebanyakan melibatkan apa yang disebutnya kalangan "akar rumput" yang diklaimnya "makin banyak".
Bagaimana strategi tim buzzer Jokowi?
Lantas, bagaimana strategi tim buzzer calon presiden Joko Widodo? Direktur Media Sosial Tim Kampanye Nasional Joko Widodo-Makruf Amin, Arya Sinulingga mengaku tim media sosial - termasuk para buzzer - masih melanjutkan "pekerjaan lama".
Pekerjaan lama itu adalah menghalau fitnah anti-Islam, isu komunis, dan kriminalisasi ulama yang ditujukan kepada Joko Widodo, katanya.
"Karena masih banyak yang begitu dan masih banyak percaya, jadi kami harus menghadang itu," kata Arya kepada Arin Swandarin untuk BBC News Indonesia, Selasa (26/03).
Arya menambahkan, tujuan utama TKN di media sosial adalah menggaet pemilih. "Termasuk dengan menggunakan tagar yang disesuaikan dengan aktivitas Jokowi," ujarnya.
Menurut Arya, upaya menangkal berbagai fitnah itu menjadi tugas buzzer di berbagai daerah yang mencapai 50 orang di setiap provinsi.
"Tujuannya kan menggaet pemilih, Pak Jokowi ke mana, dia bikin program kita bikin tagar, misalnya hari ini Jokowi mencintai Aceh, begitu cara kita menggaet pemilih, bukan menghantam," Arya mengklaim.
Dikatakannya, apabila ada serangan muncul atas capresnya, maka tanggapannya justru datang dari publik. "Yang menyatakan dukungannya secara terbuka dan biasanya isunya cepat hilang," katanya.
Arya mencontohkan buzzer yang dimainkan timnya saat debat. "Kalau di debat itu kita pasti bersatu dan menang, karena kita tujuannya menggaet pemilih," katanya lagi.
Apa perbedaan strategi buzzer kubu Jokowi dan Prabowo?
Pengamat media sosial, Ismail Fahmi, menandai apa yang disebutnya sebagai perbedaan kubu Jokowi-Prabowo dalam menggerakkan buzzer di media sosial.
Kubu Jokowi, menurut Ismail, bermain sangat terstruktur serta memiliki banyak tim yang tersebar di kelompok relawan.
"Ada tim Cakra, ada tim Bravo, Gojo, Projo, dan lain-lain, mereka bekerja sendiri dengan pendanaan sendiri, goalnya mempromosikan Jokowi," katanya kepada Arin Swandari untuk BBC News Indonesia, Selasa (26/03).
Mereka, kata Ismail, bekerja professional dan penuh perencanaan.
"Makanya kadang-kadang isunya sangat bagus, (Capres) 01 terstruktur, meme -nya bagus, selalu ada video, infografisnya bagus" lanjutnya.
Sementara, kubu Prabowo, menurutnya, memilliki tim internal BPN yang bertugas menyebarkan informasi resmi.
"Tapi di luar itu ada tim besar banget , yang mereka bergerak berdasarkan isu sporadis yang muncul saat itu," papar Ismail.
Ia mencontohkan isu Bukalapak yang langsung disambut para buzzer 02 dengan sangat sigap.
"Hanya dalam hitungan menit, tokoh mereka misalnya, Raja Purwa, influencer dan Buzzer sekaligus, itu dengan sendirinya akan diikuti secara tak terstruktur oleh (pendukung 02) mereka tinggal follow , retwet saja," paparnya.
`Modal tagar dan obrolan keseharian`
Menurut Ismail, para buzzer di Capres 02 sangat mudah digerakkan dan mereka menggunakan obrolan sehari-hari.
"Mereka ngobrol dengan bahasa sehari-hari dengan ditambah tagar," lanjutnya.
Artinya antara konten yang disampaikan dan tagar yang dipakai, kerap tidak nyambung , katanya menganalisa.