KERETA SENJA
Stasiun kereta semakin sepi aku masih terduduk sendiri menanti kereta ekonomi berhenti di hadapanku. 35 tahun sudah kenangan manis itu berlalu ketika aku duduk berdua dengan gadis yang begitu membuat aku kagum, karena parasnya yang cantik dan hatinya penuh aroma bunga, wajar saja kalau dia menjadi primadona di kalangan pemuda.
Aku menatap matahari yang sudah hampir mencium bibir rel kereta di ujung barat, menandakan gelap akan segera tiba dan senja mulai menyapa, kata orang jawa senja ibarat sebuah perpindahan di mana manusia harus pulang untuk istirahat dan alam lain yang segera bangun menyambut sang dewi malam, entah itu sebuah dongeng atau memang kenyataan yang ilmunya masih terpendam.
Jejeran gerbong kosong tampak berjejer di seberang sana, terlihat gelap tanpa cahaya, aku kembali menoleh ke arah putaran jam dinding, jam 7 malam kurang 15 menit, pertanda senja akan berlalu tapi kereta yang ku tunggu belum juga datang, gelisah mulai menghantuiku 3 jam aku menunggu belum juga kereta datang menghampiriku, aku kembali duduk dan mencoba kembali mengenang masa lalu yang manis dalam ingatanku, ketika seorang gadis berkata “apakah kita kan selamanya bersatu dalam cinta menunggu kereta senja yang pasti tiba”
Aku menggegam erat telapak tangannya yang terasa dingin karena hembusan angin senja, matanya sendu menatapku penuh harap akan kesetiaan dan cintaku.
Lamunanku terhentak ketika tiba tiba terdengar jeritan wanita dari dalam gerbong kosong, aku coba berdiri melihat sekitarku tatapanku mengamati gerbong kosong yang berjarak 15 meter tepat di bawah pohon beringin, tapi aneh tak ada satu pun petugas yang curiga dan mencoba mencari arah suara seperti tak ada apa apa, aku coba bertanya kepada beberapa orang di sekitartku tapi mereka hanya melepas senyuman ringan tanpa kata. Aku pun kembali duduk dengan sejuta keherananku. Apakah itu hantu?.. kenapa Cuma aku yang mendengar jeritan itu, mungkin bener kata orangtua dulu syetan syetan mulai beraksi ketika gelap datang.
Lampu kereta tampak menyorot terang dengan bunyi klakson yang memekan telinga, aku bangkit dan menunggu kereta berhenti di hadapanku, gerbong 10 berhenti dan aku pun naik duduk di kursi no. 50, entah apa yang terjadi, apa ini kebetulan atau tidak aku, kembali duduk di tempat duduk yang sama 35 tahun silam bersama kekasihku.
Aku tak tahu kenapa senja ini aku harus dingatkan kepada memori itu, yang membawa hatiku mengingat kembali akan gadis pujaan hatiku, hanya satu kata yang aku ingat dia katakan ketika duduk di kursi ini dan selalu membekas di hatiku
“mas aku sangat mencintaimu dan aku tahu kau sangat mencintaiku tapi janganlah cintamu pergi bersama kereta senja yang akan membawaku”
Aku terdiam dan menyakinkannya walau kereta senja akan berlalu aku kan tetap menyimpan cintaku padanya seutuhnya seperti ketika kita duduk bersama menunggu saat kereta senja tiba.
Sekelebat wanita cantik dengan pakaian s*ksi rok di atas lutut dengan rambut yang sedikit tak karuan keluar dari gerbong kosong tempat jeritan tadi keluar, menyadarkan kembali lamunanku. Aku agak sedikit tegang dan aku mencoba mengamati apakah dia menyentuh tanah atau tidak, tapi alangkah terkejutnya aku ketika dia tersenyum padaku dan disusul lelaki setengah baya datang menghampirinya dan kembali menghilang di balik gerbong.
Kini pertanyaanku terjawab sudah ternyata benar syetan telah beraksi di gelap senja dan setan kali ini berujud manusia, di sebuah gerbong disaat senja.
Suara peluit telah bertiup berlahan kereta senja mulai bergerak, menuju arah barat, aku segera meninggalkan kampung halamanku yang tercinta yang menyimpan berjuta rahasia tentang cerita cintaku dengannya, disaat umurku yang sudah mulai senja dan aku pun tak tahu kapan waktu kan kembali, tak terasa aku tak mampu membendung danau air mata yang mulai membasahi mataku, kuingat peristiwa kemarin setelah aku mengantarkan kekasih hatiku yang telah dijemput kereta yang datang di waktu umurnya telah senja, kereta yang hanya berisi satu penumpang, dia yang menjadi masinis pergi membawa cinta dan tak akan kembali untuk selama-lamanya, diantar suami dan keluarga dan tetangganya, dengan diiringi doa, walau hadirku tak kau sadari tapi percayalah datangku kesini karena kesetiaanku untuk menunggumu menanti kereta di usia senja, inikah jawaban kata katamu dulu tentang kereta senja. Tunggulah aku sampai saatnya tiba
0 comments:
Posting Komentar